Assalamu'alaikum.. Sahabat Lazis!
Alhamdulillah.. Selamat untuk 30 pemenang penulis naskah Cerpen Islami "Buku Wisata Qolbu". Bagi yang belum masuk nominasi jangan berkecil hati. Masih ada kesempatan-kesempatan lain yang akan menghampiri kamu. Ayo! teruslah berusaha untuk menggali kemampuanmu dengan lebih maksimal. Yakinlah bahwa kamu pasti bisa. Dan terimakasih sekali lagi atas parstisipasi dan perjuangan semua peserta penulis naskah cerpen. Semangat!!
Sesua janji kami bahwa akan memposting cerpen yang belum masuk nominasi. Kami akan menghadirkan cerpen tersebut setiap 2 minggu sekali. Inilah cerpennya selamat membaca..
2 MENIT 1 DETIK
Puncak peradaban
Islam di Cina tercapai ketika masa pemerintahan Dinasti Ming, sejarah
menyebutkan 6 jendral yang paling dipercaya Kaisar Dinasti Ming adalah muslim.
“ini kuncinya”,
suara ibu kost menghentikanku dari membaca booklet kecil didepanku. Kuambil
kunci kamar sembari mengangguk hormat pada ibu kost.
“Hhhh..”, aku
menghela nafas, sekarang aku ada di rantau; Jogjakarta, kota gudeg, tepatnya di
Jl. Selokan Mataram, hanya 700 m dr Gedung Fakultas tempat aku belajar yaitu
Fakultas Ilmu Budaya. Cukup berjalan kaki untuk kuliah, dan yang paling
menyenangkan untuk mencapai kampus, aku melewati masjid kampus UGM, yang sejuk
luar biasa dan membuatku betah berlama-lama disana dengan kolam ikan kecil
dekat parkir motor, dan kolam luas di halaman masjid lengkap dengan air mancur
dengan background kaligrafi lafadz bismillah. Di tempat itulah aku merasakan
masa-masa nyantai, suasana ke-Islaman yang sangat khas, kurebahkan tubuhku dan
mencoba tidur sebelum aku membereskan barang-barangku.
*********
Sore itu latihan Capoera di depan Graha Sabha Pramana
UGM terasa sepi. Capoera olah raga bela diri yang disinergikan dengan menari.
Bela diri indah dari Brasil itu kuikuti sejak awal menjadi mahasiswa baru,
kebetulan juga semua teman maba (mahasiswa baru) dikostku ikut. Agung, Wicak,
Estu dan Felix, seorang Cina keturunan yang baru 2 tahun menjadi muallaf, yang
di depan kamarnya tertulis besar-besar 2 menit 1 detik, serta aku sendiri Gusnanto,
bukan berarti aku berasal dari keturunan keluarga Kyai yang biasa dipanggil
dengan sebutan “Gus” di depannya, tapi melainkan nama asliku dari orang tua
adalah Gusnanto. Latihan sore ini sepi karena aku hanya sendiri, Agung naik
gunung dengan komunitas MAPALA-nya, Wicak dan Estu sibuk tugas dan Felix teman
muallafku itu pergi ke IPB Bogor untuk suatu keperluan.
Tit..tit..tit...tit… suara HPku terdengar, kubaca sms
“aslm, gimana latihannya hari ini, seru ga? Ayah ngijinin aku kuliah di jogja
nanti, jadi kita bisa ketemuan J love
u”. aku tersenyum, asti adik kelasku dipesantren, yang manis dengan
kerudungnya, menjadi teman spesialku dalam 2 tahun ini, asti pacarku. Segera
kubalas smsnya.
*********
“Felix, kenapa keluar dari Klub Capoera?”tanyaku “iya
ada yang lebih prioritas, jawabnya pendek, sambil membenahi tas ranselnya yang
koyak sepulang dia dari Bogor. “Tau nggak, aku lagi ngumpulin artikel tentang
Islam di Cina, dan faktanya tahun 2008, saudara-saudara kita Xinjiang Cina
dalam Tekanan. Maksudnya mereka dilarang untuk melaksanakan sholat jum’at,
dilarang sholat ied, dilarang mengadakan
halqah dan pertemuan-pertemuan ke-Islaman, kalau sampai dicurigai bisa ditangkap,punyaku
masih sama keadaannya sampai sekarang. “ Papar Felix
“Kok bisa sih, kan itu HAM, sudah diatur di UU, bahkan
PBB?” tanyaku penasaran. “HAM itu hanya lip
service, buktinya pelaksanaannya diskriminatif, lihat aja di Prancis
sekarang, presidennya melarang kaum muslimah pake kerudung dan jilbab, kalau
maksa bisa dihukum, yang sekolah aja dikeluarin gara-gara istiqomah pake
kerudung, jadi kalau HAM benar-benar ditagakkan, seharusnya itu tidak terjadi.
Belum lagi saudara-saudara kita yang di Pattani Thailand dan suku Moro di
Filipina, atau diperbatasan Kashmir – India, mereka ditindas dan ditekan oleh
pemerintahan setempat, liat aja di internet. Belum lagi di Tibet, Pakistan dan
Afghanistan”.
“Wah, kamu bikin artikel itu juga ya, kok tau banyak…?!
Ya pas aku surfing internet cari data tentang Islam di Cina, iseng liat yang
lain. Jadi malah tau lebih banyak”.
Aku terdiam, Felix seorang keturunan Cina yang baru 2
tahun masuk Islam, begitu luas mengenal Islam, bahkan di negeri-negeri yang
berbeda”. Bandingkan dengan aku…“Gus, kamu enak, sempat nyantri, banyak ilmu
agama, karena kan anak santri itu calon
ulama”. “Ha..ha..ha, biasa aja. Eh Felix, dulu masuk Islam gimana? Dan
keluargamu gimana?” selidikku.
Felix tersenyum, masih menjahit tas ranselnya yang
koyak. “kapan-kapan aku ceritakan, sekarang waktunya mepet, bentar lagi aku ke
maskam”. Maskam, sebutan singkat untuk masjid kampus UGM. “ada apaan emang,
siang-siang begini?”. Ayo kalau mau ikut , ada diskusi mahasiswa jurusanku,
temanya tentang ISLAM: POLITIK DAN IDEOLOGI. Pembicaranya dosen UGM sekaligus
HAMFARA, ust. Zakky Imaduddin kandidat doctor universitas kebangsaan Malaysia
bidang ekonomi, dan prof Kholid dosen teknik nuklir, Ph.d dari jepang sama
pakar politik Fariz Imad dosen
universitas Paramadina Jakarta.
“Wow keren, kok ada teknik nuklirnya ngebahas Islam?”
ya. Iyalah nuklir bisa jadi kekuatan militer untuk futuhat nanti, he…he…he.
Jawab Felix sambil menyabet handuk didepanya. Tit---Tit---Tit…”Asw, Chayank,
aku lagi online neh, kamu online juga
dunk. pake webcam ya ....” sms dari Asti. “Felix aku nebeng sampe depan saja
mau ke warnet, ntar aku ditransfer aja ya ilmunya.” Teriakku.
********
Akhir September
Malam itu, kebetulan Agung, Wicak, Estu, Felix dan aku
sendiri berkumpul di kost. Agung baru pulang dari gunung Merbabu, gunung keempat
yang ditaklukkannya selama satu semester ini. Namun, kepulangannya kali ini
membawa sesuatu yang berbeda. Malam itu, bintang – bintang di langit Jogja
bersinar dengan terangnya, anginya yang sepoi – sepoi dan hidangan pecel lele
menemani kami, lesehan di pojok teras menyempurnakan obrolan kami. “ kemaren
pas hamper ke puncak, aku terpeleset dan terguling ke jurang. Berguling-guling
sampe 50 meter, sampe ada ranting besar yang bisa kupegang. Dibawahku jurang,
dan kalau aku ga kuat pegangan, mungkin tinggal nama. Pas jatuh aku cuma teriak
Allah..Allah..Allah aku melihat kematian di depanku…Ya Allah pas bisa pegangan
aku menangis, bahkan sampai ditolong , aku masih nangis, Agung gemetar untuk
menceritakan kisahnya. dia terdiam sesuatu, kemudian melanjutkan “ sampe aku
dipapah ke puncak dan diobati dipuncak, ga nyangka masih bertemu kalian,
he..he” Agung tersenyum haru, kali ini ada air mata yang menetes dari kelopak
matanya. Wow, seorang Agung menangis.
“Allhamdulillah, semua karena pertolongan Allah” Felix memecah kesunyian dan
menepuk bahu Agung. “Sebenarnya, kalau dipikir-pikir, bukan Cuma keadaan
seperti Agung itu, yang melihat kematian didepan mata kita”, kali ini Estu, Subhaanallah, aku yang anak santri masih
terdiam
“Tilulit,tilulit, “HP Wicak meraung-raung dari kamarnya,
Wicak menyelesaikan makannya dengan cepat, dan berlari kekamar. 5 menit
kemudian , dia keluar dengan tas ransel yang penuh dan pamit “Eh, sorry neh
bro, aku musti ke Jakkal (Jl. Kaliurang) ada panggilan darurat, nemenin ade-ade
Mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa) karena ustadz yang diundang ceramah tiba-tiba
sakit. Qodarullah, do’ain sukses ya! Assalaamu’alaikum” pamit Wicak sembari
bersalaman tangan satu persatu. “Wa’alaikumsalam
warahmatullahi wabarakaatuh” jawab kami serempak.
“Trus gimana Gung setelah kecelakaan itu?” Tanya Estu
melanjutkan obrolan kami yang sempat terputus. “Tempat aku terpeleset ditandai
agar pendaki yang lain lebih berhati-hati, trus yang pasti sekarang aku
benar-benar menyadari KeMaha Besaran Allah, begitu berartinya hidup kita, sehat
kita dan sebagainya. Jadi sejak itu aku ber’azzam
untuk ga ngeremehin aktivitas apapun dalam hidup aku. Dan dari empat kali
aku mencapai puncak, baru kali itu aku benar-benar merasakan kesadaran maha
dahsyat dalam seumur hidupku, dengan badan penuh lecet dan masih gemetar, aku
mencoba berdiri tegak di puncak yang paling tinggi, mengingat musibah yang
terjadi begitu cepat dan ketika melihat sekeliling, hamparan gunung, pohon,
sungai yang nampak kecil, langit yang begitu luas aku merasa kerdil sekali, ga
ada apa-apanya dibanding keluasan bumi Allah, sampai aku menangis dan bersujud
kok selama ini ga pernah menyadari itu semua, sehingga kuanggap naik gunung itu
cuma sekedar having fun saja dan biar
kelihatan macho. Sampai Kang Dayat menyadarkanku
kalau sudah lama sekali aku bersujud. Dia menepuk bahuku dan bilang untuk
membuktikan kekuasaan Allah dengan melihat makhluk-Nya dan keteraturan yang ada
di alam semesta ini sudah cukup, tapi untuk benar-benar membuktikan bahwa kita
ini kecil sekali dihadapan Allah, maka carilah tempat yang tinggi atau yang
luas, maka kita akan mendapati betapa kecilnya kita dan betapa hebatnya Allah.”
Aku mengangguk setuju dan berkomentar, “wah, jadi
pengalaman spiritual dunk,”. “2 menit 1 detik” desis Felix. Aku menoleh pada
Felix, “Fel, apa sih maksudnya 2 menit 1 detik, sejak pertama kost sudah ada
tulisan itu nempel di depan kamarmu, dan aku lupa terus mau nanyain,” tanyaku.
“Iya, aku merasakan apa yang dirasakan Agung sejak tau 2
menit 1 detik. Sejak itu pula aku memutuskan untuk masuk Islam; setelah lama
pemikiranku bergejolak dan banyak pertanyaan yang tidak terjawab di agamaku”
papar Felix. Estu tertawa kecil, “ohh yang itu, aku juga sering kebayang, ga
nyangka kita punya background
kesadaran yang sama”.
“Eh, apa sih, kok aku ketinggalan neh”. Hehehe…. Agung,
Estu dan Felix terkekeh. “kamu sibuk pacaran sih..” kata Estu, “Eh, anak santri
pacaran juga toh?” Felix heran. “hahaha, Felix yang ketinggalan, ga tahu dia,
diam-diam gini Gus kita ini, Gusnanto punya pacar, anak santri juga” jelas
Agung sok tahu. “Ah, udah ga usah dibahas, maksudnya apa 2 menit 1 detik?”
kejarku. “Waktu itu aku lagi di Tangerang, pas ada Festival Cisadane, aku kesana buat nonton, waktu itu pemikiranku
udah bergejolak, tidak puas dengan agamaku. Iseng - iseng aku maen ke Masjid Al
A’dzom Tangerang, masjid dengan kubah terbesar se Asia Tenggara. Disana baru
ada Training 2 menit 1 detik. Aku ikut duduk aja di dalam masjid dan
mendengarkan. Setelah panjang lebar bicara keimanan, pak ustadz menggambarkan
hari kiamat, hadits tentang kedahsyatan hari kiamat, apa saja yang terjadi.
Sampai pada hadits bahwa 50.000 tahun di dunia serasa 1 hari saja di padang
mahsyar. Kemudian ustadz berhitung :
50.000 tahun
= 1 hari
Maka 70 tahun
= X hari
Sehingga X hari =
70/50.000 x 1 hari = 0.0014 hari = 2 menit 1 detik
“Penjelasannya 50.000 tahun di dunia sama aja serasa 1
hari di padang mahsyar, hitung aja umur kita 70 tahun, maka untuk menghitung
berapa lama kita hidup di dunia yaitu dengan mengkalikan 70 tahun per 50.000
tahun kali 1 hari. Hasilnya fantastis, 2 menit 1 detik. Itupun kalau umur kita
nyampe 70 tahun. Nah kalo ga nyampe? Berarti semakin pendek waktu kita. Wah..,
itu dahsyat banget buatku, dan aku ga mau mensia-siakan waktuku lagi untuk
terus mencari, langsung kuputuskan inilah kebenaran yang aku cari. Alhamdulillah setelah Training selesai,
aku minta dibimbing bersyahadat oleh ustadz tadi, ustadz Mokoginta yang
ternyata juga muallaf. Sejak itu aku selalu ingat sama 2 menit 1 detik hidup
kita di dunia. So, harus bener-bener beramal sholeh, jangan sampe lengah, takut
ntar merugi”. Jelas Felix panjang lebar. Hening semuanya terdiam dengan pikiran
kami masing – masing. (tamat)