Lazismu kantor layanan Umbulharjo Aksi bersama untuk sesama salurkan Zakat Infaq Sodaqoh anda melalui rekening BNI Syariah 0457274314 a.n Lazismu Kantor Layanan Umbuharjo dan melalui rekening BUKOPIN Syariah 7709002554 a.n A.Rosyid QQ Lazismu KL.UH

Rabu, 09 Agustus 2017

CERPEN BUKU LUSUH YANG MEWAH

BUKU LUSUH YANG MEWAH


Oleh : Trisna Widyastuti
Email : trisnawidy9@gmail.com

Manda selesai mengerjakan semua tugas kuliahnya, dia bergegas bangkit deari tempat nya bersemedi selama 1 jam yang lalu, berniat pergi nongkrong dengan beberapa kawannya di Mall. “Kak Windi aku numpang mandi ya, aku mau jalan ma temen-temenku”, Wanita berhijab besar dengan wajah yang baby face walau umurnya kini 23 tahun, Windi akan segera wisuda dia merupakan teman dekat Manda, gadis yang masih semester empat. Windi wanita dewasa yang sangat ramah, santun, anggun, berwibawa dan berpendidikan dia selalu menjadi panutan adiknya Manda yang dia kenal dua tahun yang lalu karena Manda jatuh pinsan saat OSPEK MaBa, semenjak itu mereka akrab dan Manda sering meminta bantuan apalagi soal tugas kuliahnya mereka sama-sama satu jurusan, Pendidikan Fisika.
Selesai Manda mandi, dia ganti baju dan sudah siap untuk pergi. “Sohlat dulu Nda”, “Nanti deh Kak di musolah Mall aja”, yang ada Manda bukan sohlat tapi malah selfi dan shoping kalau sudah sampai Mall. Windi hanya bergeleng setiap dia menasehati Manda namun ada saja jawabannya, “Kamu nggak pake jilbab?”,”Kan mau ke Mall kak bukan mau pengajian, Kak Windi mah lama-lama kayak Ustazah”. Windi hanya menanggapinya dengan menggelangkan kepala lagi dan mulai menutup mulutnya.
Windi sering bercerita banyak tentang hidupnya begitu juga dengan Manda, Manda sering menanyakan pada Windi kenapa Windi selalu mengenakan Jilbab dan baju yang begitu besar itu diusia saat ini? Windi berusaha memberi penjelasan yang dapat Manda terima dengan bahasa yang mudah. Windi sering mengingatkan Manda untuk memakai jilbab saat di kampus maupun luar kampus, namun Manda tak pernah mengindahkannya sampai saat ini. Dia mengatakan kalau dia masih nyaman dengan dirinya saat ini, dia juga mengatakan,”Sama aja Kak aku berjilbab tapi kelakuan aku juga masih sering nongkrong, jalan ma cowok, kelayapan malam nggak bermanfaat lihat tuh di jalan banyak cewek-cewek berhijab pakaian ketat, boncengan ma cowok, ngomong nggak di jaga”, “Manda kamu tau kan berhijab itu salah satu kwajiban kita sebagai umat muslim, setidaknya kita ada usaha dan niat dulu untuk menjalankan kwajiban kita sebagai muslim, Insya Alloh sikap kita akan terjaga dan terkendali dengan apa yang kita kenakan kalau kita tulus dengan hati mau berubah, pelan-pelan semua berproses Nda”
Satu minggu kemudia, hari itu hari gladiresiknya Windi untuk persiapan wisudanya, dia mengajak Manda untuk menemaninya ke salah satu gedung mewah diantara gedung mewah lainnya di kota jakarta. “Itu temen-temen Kak Windi?”, “Iya ayok kakak kenalin, Assalamualaikum”, Sapa Windi pada beberapa temannya yang saat itu sedang berdialog ringan di depan gedung.
“Waalaikumsalam”, Jawab serempak dengan ramahnya menyambut senyum kearah Windi dan Manda. Mereka rata-rata berpenampilan sama seperti Windi jilbab yang panjang dan baju yang sangat syar’i. “Hai win, sama siapa ni?”, Sapa seorang gadis yang berbaju warna ungu dan jilbab ungu itu, dengan sangat ramah dia menjulurkan tangannya menyapa kearah Manda. “Manda kak”, “Aku Dini aslli Jogja”,”Hai Manda kenalin aku Nina, dari Jakarta kok”, Gadis berjilbab Abu-abu itu ikut memberikan tangan kanannya bermaksud mengajaknya bersalaman dan begitu juga demgan dua gadis yang lain berjilbab warna hitam dan biru dongker. Dengan senang hati Manda menanggapi uluran tangan mereka dan tersenyum. Manda mulai tak nyaman hari itu mayoritas teman-teman dekat Windi semua berhijab mungkin hanya ada satu dua orang saja yang belum berhijab termasuk Manda.
“Kak itu Kak Seto kan?”, Tanya Manda pada Windi melirik kearah laki-laki yang sedang bercanda dengan beberapa kawannya yang tak jauh dari tempat para gadis itu juga berkumpul. Manda memang menyukasi sesosok laki-laki yang bernama Seto itu fisiknya yang tampan, tinggi, putih dan wajah yang hampir mirim Kim Soo Hyun, Seto laki-laki yang soleh, ramah dan berwibawa dia juga merupakan aktifis kampus maka dari itu Manda juga serijng ikut semua kegiatan kampus danhampir semua UKM dia ikuti.
Namun Manda tak pernah berani kalau bicara dengan Seto, “Assalamualaikum gadis-gadis”, Sapa Seto menghampiri para gadis itu. “Waalaikumsalam”, Jawab serempak kecuali Manda yang terpenganga melihat kedatangan Seto. “Kok kamu nggak jawab salam, itu wajib loh”, Tegur Seto ke Manda. Manda mulai sadar dan menjawab salam, kini dia mulai salah tingkah dan hanya tersenyum. Sejak dari pertama Manda mengenal Seto dia sering bercerita setiap dia bertemu atau berbicara entah hanya sedetik saja dengan Seto pada Windi, seperti biasa setiap Manda bercerita dengan antusias Windi menanggapinya dan menyelipakan sedikit nasehat pada adiknya itu dan seperti biasa juga Manda tak menghiraukannya dia terusa saja bercerita, Manda memang anak yang selalu ceria, aktif dan pintar termasuk crewet.
Hari H wisuda Windi, hari itu Manda datang membawa beberapa buket bunga untuk Windi dan beberapa teman Windi yang dia kenal juga beberapa hadiah kecil namun yang paling special adalah hadiah untuk Windi orang yang selama ini sudah dianggapnya menjadi kakak. Saat itu ada sebuah kejadian yang sangat tidak terduga, Seto melamar Windi di hari wisuda mereka dan dihadapan kedua orangtua Windi maupun orangtua Seto tentu saja dihadapan Manda, Manda sangat marah, tak percaya dan dia sangat kecewa. Semenjak kejadian itu Manda tak pernah terlihat di kampus, kos, bahkan ditempat tongkrongannya. Dia menjauhkan diri dari Windi. Windi merasa bersalah sesungguhnya dia tak percaya kalau Seto akan melamarnya dihadapan banyak orang saat hari wisuda mereka, terutama dihadapan Manda. Windi berusaha mencari-cari Manda kemanapun, namun Windi gagal menemuinya. Dia meninggalkan sebuah bingkisan kecil didepan kamar kos Manda berharap suatu waktu Manda kembali ke kos dan mendapati bingkisan itu. Benar dua bulan setelah kejadian itu Manda kembali ke kos dia bermaksud untuk pindah kos dan mengambil semua barang-barangnya. Namun saat membuka pintu kakinya menginjak seuatu, Manda mulai membungkukkan badannya dan mengambil sebuah bingkisan di dekat kakinya, dia membukanya, sebuah buku yang sampulnya sudah lusuh dan satu lagi sebuah buku cetak berjudul “Sakaratul Maut”. Manda memasuki kamar kos, dia membuka buku lusuh itu sebuah catatan harian yang sudah terlihat lusuh, dia baca lembar demi lembar, kata demi kata matanya mulai berkaca-kaca, dia mulai susah bernafas dia seperti menyesali sebuah perbuatan. Kini dia mulai membaca buku satunya tangannya gemetar matanya yang sipit melotot kebuku itu, air matanya semakin deras bercucuran, bibirnya terkunci rapat dan wajahnya semakin menunjukan penyesalan yang teramat dalam. Namun semenjak hari itu Manda mengurungkan niatnya untuk berpindah kos, dia mulai mengenakan jilbab setelah berminggu-minggu dia ragu dan kini dia semakin terlihat cantik dengan jilbab yang begitu simpel. Walau Manda belum bisa sempurna berpakaian dia sudah berusaha menutup auratnya, menjalankan kwajaibannya sebagai muslim, dia ingin menjadi anak yang solehah dan wanita yang solehah seperti Windi yang berhati sangat baik.
Kini kakinya mulai melangkah menyusuri koridor rumah sakit, celana panjang yang tak terlalu ketat berwarna hitam, kaos hitam sedikit longgar dan long cardigan berwarna biru juga jilbab simple berwarna senada dengan baju dan long cardigannya yang menutupi dadanya kini membuat penampilannya lebih terlihat dewasa dan lebih cantik. Dia memasuki ruangan itu, air matanya mulai mengucur lagi tas gendong yang dia tenteng dipegangnya erat, sangat erat. Dia sudah berdiri didepan pintu coklat itu, kakinya tak sanggup dia gerakkan lagi suara tawa dari dalam ruangan itu terdengar. Lalu pintu coklat itu terbuka, seseorang berdiri dihadapannya dengan wajah yang terkejut melihat Manda sudah berdiri di depan pitu, “Kenapa tidak masuk? Ayo masuk”, Ucap Seto yang masih terkejut dengan sosok Manda sudah ada dihadapannya. Manda menerobos masuk tanpa mengucapkan satu kata menahan tangisannya berusaha agar tangisannya tidak pecah. “Manda?”, Ucap Windi dengan senyuman lebar di bibirnya melihat kedatangan Manda, air matanya menetes meilhat adiknya yang sekarang. “Cantik, kamu terlihat cantik dengan jilbab ini, kamu cantik”, Windi merasa terharu air matanya tak henti-hentinya keluar. “Aku fikir aku akan terlambat bertemu Kak Windi, sudah dua tahun kita berteman dekat kenapa kakak tidak mengatakan semuanya?”,”Tidak perlu sayang, tapi jangan kamu salah presepsi aku berjilbab bukan karena aku tidak punya rambut, aku hanya ingin menjadi manusia lebih baik lagi aku mempersiapkan diri aku untuk akhiratku nanti Manda, aku tidak ingin aku mengenakan jilbab saat aku sudah dikafani kan”, Windi semakin banyak mengeluarkan air mata, Manda mulai tak sanggup menahan tangisannya, kini pertahanannya mulai goyah air matanya keluar juga begitu deras. Dia mengucapkan maaf berkali-kali. Dia akan menjadi adik Windi yang paling solehah, dia berjanji akan mengenakan jilbab seterusnya dan terus berusaha meperbaiki dirinya secara bertahap, terus-menerus. Manda sudah melupakan soal Seto dia tidak peduli dengan laki-laki dia yakin Tuhan akan mengirimkan dia jodoh yang lebih baik lagi, kalau dia merubah dirinya menjadi lebih baik dia akan bertemu jodoh yang lebih baik juga, dia hanya ingin menghabiskan harinya dengan Kakak yang luar biasa hebatnya. Kakak yang dulu mempunyai kehidupan sebelum berhijrah lebih parah dari kisah Manda yang kini sudah berhijrah untuk hidupnya sendiri di akhirat, Windi dan Manda akan menjadi saudara seterusnya mereka begitu menghargai apa itu arti persaudaraan, islam begitu indah dan Tuhan telah mempertemukan juga menyadarkan mereka dengan cara-Nya sendiri yang begitu indah juga.


0 komentar:

Posting Komentar