Lazismu kantor layanan Umbulharjo Aksi bersama untuk sesama salurkan Zakat Infaq Sodaqoh anda melalui rekening BNI Syariah 0457274314 a.n Lazismu Kantor Layanan Umbuharjo dan melalui rekening BUKOPIN Syariah 7709002554 a.n A.Rosyid QQ Lazismu KL.UH

Selasa, 18 April 2017

CERPEN : TENGGELAM BERSAMA SENJA

Assalamualaikum..
Senangnya cuaca hari ini tidak terlalu panas mendukung kita untuk beraktivitas dengan nyaman😊


Temen-temen Kang Azis punya cerpen bagus looo.. Karangan dari Mbak Rosmania Robichatun dengan Judul : TENGGELAM BERSAMA SENJA. Ceritanya menceritakan tentang orang tua yang berjuang keras demi masa depan anaknya. Wah, kayaknya menarik tuh bacaa yuuu..

Bismillahirrohmanirrohiim..

TENGGELAM BERSAMA SENJA


Oleh : Rosmania Robichatun


     Suasana itu nampak sama seperti suasana beberapa tahun lalu. Suara keramaian barisan mahasiswa taaruf menyapa lelaki yang turun dari mobil membawa sebuah koper sambil menyeringai tersentuh terik matahari. Setelah sekian lamanya beranjak dari kampus yang gedung kembarnya selalu menyambut penuh kemegahan pembangkit semangat jiwa-jiwa yang haus akan indahnya menemukan cahaya pengetahuan dan ilmu Tuhan.
     Wildan lelaki yang menenteng koper itu tengah melambaikan tangan menghampiri seorang pemuda yang bergelar mahasiswa di pelataran parkir gedung AR Fakhruddin B, pemuda itu pun menyambut dan mengulurkan tangannya kepada Wildan. Mereka berbincang dan saling memperkenalkan diri sebelum kemudian memberi koper uang tersebut. Sementara Wildan memeriksa dan menerima sebuah bendel kertas bersampul merah bertuliskan proposal dengan font times new roman.
“Terimakasih ya mas, dapet salam dari kawan-kawan. Maaf nggak bisa nemuin mas Wildan”
“hmm,, sama-sama. Nggak apa-apa kok, aku juga pernah jadi aktivis sibuk kaya kalian. Aku seneng bisa bantu kalian aktivis kampus. Mudah-mudahan dana yang sedikit ini bermanfaat yah”
“wah... kalau gitu, cerita sedikit dong mas pengalamannya selama jadi aktivis”
“kalau pengalaman jadi aktivis sih, kamu pasti nanti bisa mengalaminya sendiri, tapi buat sekedar inspirasi aku cerita tentang pahitnya jadi seorang yang ingin mengejar cita-cita yang kata orang harus setinggi langit’
“yaa, nggak apa-apa lah mas, barangkali bisa memotivasi dikiiit,”
“iya deh, aku cerita perjalanan kuliahku. Semoga menginspirasi sebelum datang penyesalan kaya aku nih.”
     Waktu yang tidak pernah aku hargai itu selalu bergulir dengan penuh kesia-siaan. Menuntut ilmu di bangku perkuliahan pun seolah tak berharga bagiku. Semua itu karena kegagalan hanya sebuah rintangan belaka untuk perjalanan hidupku menuju impian yang kelak harus terwujud. Tiga tahun lamanya aku keluar masuk perguruan tinggi yang berbeda-beda dan aku kira jurusan yang aku jalani bukan kehendak ku. Setelah tiga tahun aku akhirnya menyerah pada keadaan, itupun karena ketidakputusasaan ibu dan bapak ku menasehati. Sampai aku memulai untuk mengakhiri study ku dengan pilah-pilih kampus ini dan kampus itu sebelum kemudian aku benar-benar fokus kuliah di Fakultas Agama Islam kampus tercinta ini. Tapi tidak semudah itu masuk diperguruan tinggi yang lebih mahal biayanya dibandingkan dengan perguruan tinggi tempat aku menghentikan masa kuliahku ditengah jalan. Dan memilih untuk sementara melakukan aktivitas di rumah. Suatu saat di rumah hangat itu kian terasa ketidaknyamanan yang semakin memburuk. Mata berkaca dari seorang wanita yang aku cintai itu melemahkan nafasku setiap pagi.
     Sore itu bapak ku penuh semangat mangajakku ke rumah orang yang aku panggil Om meski banyak orang memanggilnya wakil rakyat. Ramai rumah itu selalu berlangsung setiap hari. Om ku yang ini memang orang terkaya di komplek kampungku. Seorang petugas kebersihan di rumah yang tidak terlalu mewah itu menyambut dengan ramah kedatangan kami lantas mengantarkan kami menemui Om yang menghabiskan waktu senjanya degan bermain catur bersama anaknya. aku dan bapak dipersilahkan duduk di sofa yang empuk bersama Om. Dengan rasa khawatir dan tekad yang mungkin karna terpaksa bapak akhirnya bergeming.
“Mas, saya datang kesini memang ada sebuah hal penting. Sebagai seorang Bapak pasti mendukung semua hal yang terbaik untuk anaknya, seperti Wildan yang ingin berubah”
“Iya, saya tahu, langsung saja lah kamu mau ngomong apa?”
“Wildan mau masukm kuliah,”
“Tapi kali ini saya aku serius Om, aku akan fokus kuliah sampai wisuda, nggak akan pindah-pindah kampus lagi” celetukku.
“Harusnya kamu sadar dari dulu Wildan akan hal itu, dan ini apa hubungannya dengan ku?”
“Mas kan tahu sendiri, tiga tahun Wildan kuliah selalu dengan keringanan beasiswa, jadi saya nggak terlalu repot mikirin keuangan dia, tapi kan yang  ini...
“Lha iya, anak kamu yang satu ini kan mentalnya mental orang plin-plan, apa-apa ngampang bosen dan nggak betahan,” tebas lelaki bertubuh tinggi besar itu memotong kalimat yang belum selesai disampaikan Bapak ku.
“Ehmm,, sebenarnya saya kesini mau pinjem uang buat biaya masuk kuliah Wildan, ya mudah-mudahan kali ini dia serius dan istikomah”
“Sudah diduga, berapa kamu mau butuhnya?”
“Nggak banyak, Cuma buat biaya registrasi sama biaya lainnya sekitar 10 juta. Tapi Alkhamdulillah saya udah ada tabungan sekitar 2 juta mas. Ya kalau paman Wildan ada sih saya mau pinjem 8 juta.”
“lagian kamu itu lho, nggak punya duit kok maksa kuliahin anak!”
“Om,, Wildan nggak dapet paksaan apa-apa dari Bapak, ini mau Wildan sendiri”
“kamu juga, mbok ya mikir, bocah brandalan kaya gini diturutin terus kemauannya, ya jadi nglunjak gini nih, repot sendiri kan kamu”
“Jadi mas, bisa pinjemin berapa?”
“Lha kok malah nanya, dia kan anak kamu! ngapain kok saya yang repot keluarin duit jutaan, ya kalaupun ada duit juga pasti buat kepentingan saya yang lain lah”
“Wildan, udah lah, daripada kamu kuliah bikin repot orangtuamu mending ikut om kerja di Kabupaten. Nanti om usahain biar kamu bisa kerja di sana, kemarin om denger katanya supir mobil kantor bupati keluar dari kerjanya. Ini kesempatan Wildan, kamu bisa bantu orangtua kamu mencari rezeki”
“Nggak usah Wildan!!” tolak Bapak ku dengan setengah teriak. “kamu nggak usah khawatir, nanti biar Bapak jual sawah Bapak saja buat biaya kuliah kamu”
“Saya ini nggak  bisa bantu materi, tapi niat saya mau bantu kasih pekerjaan buat Wildan, tapi kalau Bapaknya nggak mau ya udah nggak masalah”
“Kami pamit mas, udah hampir maghrib nggak baik masih ada di rumah orang” kata Bapak sambil menarik lengan ku untuk keluar dari rumah Om yang sudah seperti orang lain bagi kami karena jabatan dan kekayaanyang sekarang sedang mengelilinginya.
     Saat itu juga tiba-tiba seakan ada makhluk asing yang menyerang hati dan pikiran ku. Rongga dada terlalu sempit hingga menangispun tak mampu. Angin menerbangkan daun-daun kering yang berserak di jalan dan menggoyangkan dahan di pepohonan mengiringi senjakala yang penuh goresan-goresan perih dan kepahitan. Sungguh batin ini sebenarnya menjerit, memaksa angin menerbangkan jauh goresan luka yang perih ini dan berharap kepahitan ini dibawa pergi tenggelam bersama senja. Keheningan yang membeku sejak keluar dari rumah si kaya itu ingin segera aku pecahkan walaupun dengan suara yang melemah ditenggorokan.
“Bapak, sawah siapa yang mau Bapak jual? Setahu ku Bapak nggak punya sawah, tanah maupun kebun. Lalu dengan apa Bapak mau biayai kuliah ku. Aku nggak apa-apa pak kalau memang harus kerja.”
“Yang akan Bapak jual adalah keringat Bapak yang dicampur dengan tekad kuat. Udah, ini urusan orangtua, nggak usah teralalu ikut campur”
     Tapi itu adalah kepahitan dulu yang sebenarnya tidak ingin aku ingat-ingat lagi. Aku bisa sesukses ini bukan karena aku orang yang hebat. Tapi aku hanya orang beruntung yang punya orangtua luarbiasa disampingku. Hanya satu pesan mereka pada ku saat aku bertekad mengubah masa depan. Kata Bapak ku “Niatkan dengan niat belajar” seperi kata aktivis Islam sejati Rosul Muhammad teladhan kita, “Utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi”. Dan pinta Ibu adalah bahwa “Jangan pernah mendekte Tuhan” artinya apa pun takdir yang kita jalani sekarang tidak luput sama sekali dari catatan Tuhan. Sekarang giliran pesan ku untukmu. Sekaya dan semampu apapun orantua kita, tetap saja mereka tidak nyenyak tidur memikirkan masa depan kita. Mereka benar-benar rela menghabiskan waktu mereka untuk dapat ditukar dengan benda yang mereka sebut uang dengan cara yang begitu melelahkan. Orantua kita bagaikan bintang utara, penunjuk jalan saat kita tak tahu arah melangkah.
     Sebelum telapak kaki Wildan meninggalkan tanah kota pelajar itu, ia menyempatkan memberi nasihat kepada mahasiswa yang ada dihadapannya. Mendekati pukul 4 sore itu, pelataran parkir luar gedung kembar mulai sepi. Mobil jeep hitam keluaran Australia itupun melaju mendekati gerbang utama untuk segera meninggalkan kampus sampai mobil itu lenyap dari pandangan.

- - - - - SELESAI - - - - -

Makasih yaaa temen-teme semuaaa sudah mau baca cerpen Kang Azis sampai akhir. Hatur Nuhun...

Kantor Layanan Lazismu Umbulharjo 
Alamat : Gedung Dakwah PCM Umbulharjo, Jl. Glagahsari 136 Umbulharjo Yogyakarta
No : (0274)380041 / 08995051540


0 komentar:

Posting Komentar