Lazismu kantor layanan Umbulharjo Aksi bersama untuk sesama salurkan Zakat Infaq Sodaqoh anda melalui rekening BNI Syariah 0457274314 a.n Lazismu Kantor Layanan Umbuharjo dan melalui rekening BUKOPIN Syariah 7709002554 a.n A.Rosyid QQ Lazismu KL.UH

Selasa, 05 September 2017

CERPEN TAHAJJUD POHON ALLAH UNTUK BERSANDAR


CERPEN ISLAMI

TAHAJJUD POHON ALLAH UNTUK BERSANDAR

Oleh : Adinul Muslimin
Email : Adinulmuslimin11@gmail.com

           Dimalam yang sunyi, saya sendirian begadang menulis tata cara baca Al-Quran di perpustakaan Masjid Al Manar tempat saya tinggal. Malam itu saya sendirian tidak ada yang menemani hanya pulpen dan buku yang berada diatas meja, hingga tak terasa jam menunjukkan pukul 21.22 WIB. Mata mulai menuntut haknya untuk istirahat, lagi-lagi badanpun mulai menggetarkan responnya hingga saya benar-benar harus tidur. Detik demi detik matapun sudah tidak sanggup lagi untuk melanjutkan tulisan dan tanganpun mulai merespon negatif atas penganiayaan yang aku lakukan terhadap diri sendiri, hingga tak terasa aku tertidur diatas meja dan beralas buku tempat aku tulis dengan tangan menggenggam sebuah pulpen kecil yang senantiasa menemani aku untuk menyelesaikan tulisan. Seketika aku tersentak kaget mengingat pena masih aku pegang di genggaman tanganku itu. Akhirnya akupun berpikir untuk menyelesaikan tulisanku hingga selesai. Jam sudah menandakan waktu untuk tidur, aku langsung bangun dari kursi tempat aku duduk tanpa beres-beres dan langsung menutup pintu lalu mematikan lampu.

           Malam mulai larut, doapun mulai terucapkan oleh mulut dan bibir yang senantiasa siap melakukannya dengan keinginan pikiran dan hati yang selalu menuntut aku untuk selalu bangun di setiap malam sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah swt, bahwa kita dianjurkan untuk bangun di spersatu malam, sperdua malam, atau spertiga malam. Oleh karena itu aku minta kepada Allah swt untuk membangunkanku dipertengahan malam. Biasanya aku dibangunkan jam satu atau jam dua pagi, tetapi karena aku merasa terlambat tidurnya dan kemungkinan capek juga, Allah swt membangunkanku kurang lebih jam setengah tiga. Setelah terbangun, aku langsung bersiap-siap, berpakaian rapi dan berwudhu untuk menemui kekasihku Allah swt.

            Selesai shalat tahajjud yang rakaat ke enam, tiba-tiba terdengar suara gelas yang jatuh dan pecah hingga membuat aku kaget, dan kemudian aku keluar dari masjid untuk melihatnya. Ternyata yang aku lihat hanya seekor kucing yang lompat dari atas lemari tempat mukenahnya para jamaah hingga mengenai gelas kaca yang berada disamping dispenser. Usai melihtnya sayapun kembali untuk Taqqorrub kepada Allah swt dan menyelesaikan tahajjud dan witirku. Setelah tahajjud selesai pikiranku mulai mengarah ke Al Quran, akupun memutuskan untuk mengambil dan membaca Quran hingga jamaah mulai ramai berdatangan dan para pemuda pondok La Tahzan ikut membaca Al Quran. Shubuh itu masjid digoncangkan oleh suara-suara yang merdu yang membuat pepohonan semakin anteng mendengarkan seolah-olah tidak ada tiupan angin yang menerpanya. Akupun berpikir mungkin anginnya ikut mendengarkan.

            Waktu sudah menunjukkan pukul 04.21, saya dan santri La Tahzan masih larut dalam bacaan quran. Alarm shubuhpun mulai mengusik telinga saya untuk mengumandangkan adzan.  Shalat shubuh terlaksana insya Allah dengan sempurna tanpa kekurangan suatu apapun. Udara dingin di pagi hari mulai menyengat sampai ke tulang seakan-akan salju yang turun kesasar di daerah tropis yang membawa sejuta es membuat aku tertarik untuk keluar dari dalam masjid untuk menghirup udara sejuk. Diselatan masjid aku duduk sambil menikmati indahnya pagi hari yang merupakan ciptaan paling sempurna dan tidak ada mahluk yang bisa menirunya, rumah-rumah yang tertata rapi di kiri kanannya masjid  masih sangat rapat pintu-pintunya. Kala itu terdengar suara-suara yang orang yang sedang berbincang, ketika aku mencari tahu arah suara itu terdapat tiga orang sebaya yang sedang berbincang-bincang di sebelah utaranya masjid. Setiap pagi pukul 06.00 WIB, kami ada tugas kebersihan, kebetulan pada hari itu aku terjadwal untuk ngepel masjid. Dari asyiknya ngepel itu pikiran dan hatiku menuntutku untuk  menulis sesuatu, entah itu apa. Setelah aku ketahui ternyata di pikiranku terdapat ide untuk menulis beberapa kata dan menguraikannya. Famsyu, Fas ‘Au, Fafirli dan Fastabiqul, empat kata itulah yang membuat aku cepat-cepat untuk menyelesaikan pekerjaanku.

           Famsyu (berjalan), Fas ‘Au (berlari), Fafirli (berlari dengan kencang/menambah kecepatan), dan Fastabiqul (berlomba-lomba). Empat kata inilah yang membawa aku ke sebuah ide, seakan-akan empat kata ini adalah  kata yang sengaja dibisikkan oleh malaikat kepadaku. Detik demi detik, waktu mulai berlalu dari jauh di NTB sana aku datang menuntut ilmu sedikit aku ingin menceritakan kisah yang membuat aku tidak nyaman. Setelah aku sampai di jogja aku nginap di Asrama NTB untuk beberapa bulan sebelum mulai aktif kuliah, Arama itu bernama BUMI GORA, di pertengahan bulan aku sudah mulai merasakan nyamannya Asrama. Hampir aku memutuskan untuk tinggal di asrama, suatu malam aku tidur di kamar tempat biasa aku tidur entah kenapa dengan nyenyak aku tidur hingga pada pertengahan malam tercium bau yang tidak sedap yang membuat aku terbangun dan alhamdulillah, aku bersyukur telah bangun dan ternyata tepat di wajahku ada wajah yang begitu putih cantik di dalam hatiku berkata “apakah ini bayanganku di cermin” tapi itu sangat tidak mungkin karena tidak ada cermin diatas sofa, lagi pula wajah itu menggambarkan wajahnya seorang perempuan. Dengan penuh kesadaran aku melihat sampai kebawa, ternyata dia adalah seorang perempuan yang sedang tidur dan memelukku, akupun kaget dan langsung melepas tangannya dan membangunkannya untuk pindah tempat karena aku dan dia bukanlah muhrim. Lagi-lagi perempuan itu tidak mau bangun dan tetap mau bersama aku, akhirnya aku memutuskan untuk memanggil abang disampingku untuk menyuruhya tidur di kamar yang lain, tetap saja perempuan itu tidak mau. Akhirnya aku sendiri yang pindah, dan mulai saat itulah aku mulai merasa tidak nyaman tinggal disitu dan pikiranku mulai berinisiatif untuk pindah di musholla belakang asrama itu, setelah sehari kemudian datang seorang temanku atas kehendak Allah swt dia mengajakku untuk tinggal di masjid yang sekarang ini aku diami. Kisah ini mengingatku akan kisahnya Nabi Yusuf A.S, yang imannya begitu kuat ketika di goda oleh julaekha istrinya Fir’aun, tetapi sayang aku bukanlah yusuf. Sehari kemudian pas aku mau ngambil barang-barangku di asrama itu, aku berpapasan dengan perempuan hina itu tepatnya di tangga, tiba-tiba dia manggilku sayang dan akupun menjawab dengan kata “maaf siapa ya?” perempuan itu langsung kaget dan dia menjawab “jadi kamu gitu ya!?” dengan nada yang tinggi dan dahsyat bagaikan petir menyambar, akupun biasa aja dalam hati berkata “dasar perempuan berhati gelap?” sambil berjalan menjauhinya. Alhamdulillah aku sangat bersyukur kepada Allah swt, karena atas perlindungannyalah aku selamat dari perempuan yang hampir membawaku ke pintu neraka itu. Salah satu kebiasaanku dari kampung hingga berada di jogja ini ialah shalat tahajjud, tahajjud ibaratkan sebuah pohon yang berdiri sendiri ditempat yang begitu gersang dan panas yang tidak ada satupun pohon lain. Bersandar dan berteduhlah dipohon tahajjud itu jika ingin menghindar dari panasnya matahari, artinya tahajjudlah jika ingin terhindar dari segala macam ancaman dan bahaya.

0 komentar:

Posting Komentar